Perbedaan Penulisan Aksara Jawa Zaman Sri Sultan Hamengkubuwana I Dengan Sekarang

Daftar Isi

BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Sebagai orang yang tinggal di Jawa, tentu sudah tidak asing dengan aksara jawa. Huruf yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu ini, sampai sekarang masih eksis dan sering digunakan.

Bahkan sudah dijadikan sub mata pelajaran siswa.

Seiring berjalannya waktu, aksara jawa mengalami evolusi atau perubahan. Beberapa penulisan aksara jawa ditulis sama namun dengan fungsi yang berbeda. Mari kita pelajari bersama!

Perbedaan Penggunaan Sandhangan

Mengutip dari Bekel & Arif (2020), menjelaskan bahwa di zaman pemerintahan Hamengkubuwana I atau pada serat kakawin, ada sandhangan dirga.

Namun, kini sandhangan tersebut telah berganti fungsi. Berikut penjelasannya:

  1. Dirga melik, merupakan sandhangan berbentuk seperti sandhangan wulu namun ada titik di tengahnya.

Sandhangan ini berfungsi untuk sandhangan i panjang. Sementara saat ini, digunakan saat menulis tembang menggunakan aksara jawa sebagai bunyi i pada akhir gatra tembang.

  1. Dirga mure, sandhangan ini berbentuk seperti taling dengan di atasnya terdapat seperti huruf z.

Pada masa lalu, sandhangan berfungsi sebagai diftong ai. Sementara sekarang ini, digunakan untuk huruf e (sate) pada akhir gatra tembang.

  1. Dirga mendut, berbentuk seperti suku namun terdapat garis menyilang di depannya. Sandhangan ini nampak unik dengan silangan tersebut.

Fungsi sandhangan ini adalah untuk menulis sandhangan u panjang. Sekarang, sandhangan ini digunakan sebagai tanda bunyi u di akhrir gatra tembang.

Itulah beberapa perbedaan sandhangan di masa serat kakawin dengan yang digunakan saat ini.

Terdapat perbedaan antara penulisan aksara jawa dalam serat kakawin saat masa Hamengkubuwana I dengan yang digunakan saat ini. Terutama pada sandhangan. 


Referensi:

Dwijasetyaprasaja, B., & Budiarto, A. (2020). Workshop Aksara Jawa: Kawedanan Hageng Punakawan Karaton Ngayugyakarta Hadiningrat. Muhibah Budaya Matraman, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.


Penulis: Nadya Zuhri, mahasiswa Universitas Negeri Semarang.

 

Posting Komentar